Tuesday, May 19, 2009

Pohon Natal plastik kami


Libur natal dan tahun baruku baru saja usai. Walau sudah tiga minggu namun rasanya baru dua hari. Cepat benar berlalu liburan yang meriah ini, pikirku setengah menyesal. Dengan tatapan kosong aku memandangi tumpukan cabang-cabang pohon natal plastikku yang sudah seluruhnya kulepaskan dari pokoknya untuk siap dikembalikan ke dalam kemasan kardusnya, sampai setahun lagi mereka dikeluarkan pada natal tahun depan. Aneka lampion dan boneka gantung penghias pohon sudah selesai kurapikan dalam kotak kardus lain yang menjadi wadah penyimpanan mereka.


Pohon natal plastik ini hampir setua diriku usianya. Ayahku membelinya ketika aku masih kecil sekali. Walau kadang terkena kencing tikus selama hari-harinya di gudang penyimpanan rumah ayahku, ia tetap akan tampil dengan manis di rumah keluarga kami setiap pertengahan bulan Desember hingga pertengahan Januari di tahun yang baru. Pembantu ayahku yang juga merayakan natal akan mencucinya dengan sabar sebelum memasangnya menjelang natal. Kadang-kadang karena ia belum kembali dari rumah keluarganya untuk juga berlibur tahun baru, maka tugas membongkar pohon natal menjadi bagianku. Kami belum pernah mempunyai pohon cemara asli sebagai pohon natal keluarga. Dulu ayah mertuaku yang suka mencarinya dan memasangnya di rumah keluarga suamiku. Ayah mertuaku lebih mudah mendapatkan cemara asli karena ia tinggal di kawasan pegunungan di luar kota .


Sambil mulai menaruh cabang-cabang pohon itu ke dalam kotaknya, aku membayangkan seandainya pohonku adalah pohon asli tentu aku tak perlu melakukan ritual yang membosankan ini dan hanya tinggal menancapkan pohon cemara asli itu di tanah kosong di belakang rumah ayah ibuku. Tetapi karena pohon plastik ini selalu ada di ruang tamu keluarga kami selama lebih dari tiga puluh tahun, pasti ia telah banyak menyaksikan aneka peristiwa yang terjadi di keluarga kami baik suka maupun duka, yang aneh maupun yang biasa-biasa, serta segala perubahan yang terjadi dari natal ke natal. Seandainya pohon natal plastik ini punya misi menilai perubahan, perubahan macam apa yang dinantikannya ?


Aku teringat homili Romo Paul Klein, SVD, pada misa pagi Natal yang lalu, “Tak peduli berapa puluh kali Yesus lahir, bila Dia tidak lahir di dalam hatimu, sia-sialah itu semua”. Apakah puluhan hari natal yg kulalui telah membuatku puluhan kali lebih dekat dan percaya kepada kasihNya ? atau puluhan kali juga lebih mengasihi sesamaku dan lebih mencoba memahami dan mengampuni mereka ? Tuhan Yesus telah meninggalkan segala-galanya supaya Dia bisa bersama-sama denganku dalam dunia ini untuk mengarungi suka duka di dalamnya. Apa yang sudah aku upayakan agar kedatanganNya, dan kelak perjalanan sengsaraNya ke Golgota ini setidaknya mengubahku selangkah lebih dekat kepada keutamaan-keutamaan yang diteladankanNya?


Pohon natal plastik ini mungkin satu-satunya komponen natal yang tak berubah selama perayaan natal berlangsung di rumah orangtuaku selama lebih dari 30 tahun ini. Kami semua yang mengelilinginya sambil berdoa dan membuka kado bersama di bawahnya, pasti telah berubah, setidaknya berubah dalam hal bertambah tua. Tapi apakah perubahan dalam hal menjadi lebih toleran atau lebih tekun berdoa atau lebih suka mengalah juga terjadi ? Atau kurang lebih tetap sama seperti pohon natal plastik ini ? Dengan kebiasaan-kebiasaan jelek tetapi nikmat yang enggan untuk diubah dan diperbaiki ? Pohon natal ini tidak tumbuh, juga tidak berkembang, karena hanya terbuat dari plastik saja. Memang juga tidak rusak karena disimpan dengan baik, tetapi ya begitu-begitu saja penampilannya. Paling penampilan luarnya saja yang mengalami variasi, yaitu dari lampion-lampion hiasan yang bergantungan padanya, yang kadang-kadang berubah, tergantung mode lampion dan hiasan yang sedang in di pasaran.


Apakah natal yang kulalui setiap tahun membuatku berubah menjadi sedikit lebih baik lagi daripada diriku sebelumnya ? Ataukah natal tahun ini hanyalah rutin saja seperti natal-natal sebelumnya, seperti pohon plastik ini, yang hanya keluar masuk gudang melakukan rutinitas tugas yang dari dulu tetap menjadikannya sebongkah plastik berbentuk cemara?


Akhirnya pekerjaanku mengepak kembali cabang-cabang pohon natal plastik ini ke dalam kardusnya selesailah sudah. Aku mengikat kardus panjang itu dengan tali dan mengangkatnya kembali menuju ke gudang penyimpanannya. Sampai tahun depan, pikirku sambil menaruh kardus pohon natal itu di tempatnya. Semoga tahun depan saat kamu dikeluarkan kembali, akan kau lihat pertumbuhan lebih banyak lagi kasih, iman dan harapan dariku dan dari orang-orang yang mengelilingimu.


Kuala Lumpur, Jan 18 2008

No comments:

Post a Comment