Friday, May 29, 2009

Ayahku, kadoku


Saat hari ulang tahun ayahku….
adalah saat aku mengingat ……………..
akan sebuah kado ….berbungkus warna-warni, berpita emas.
Isinya penuh dengan mutiara
dan permata ratna mutu manikam.
Kotaknya gemerlapan……pitanya berkilauan
kualitasnya istimewa.

Aku mendapatkannya di depan mataku……….
sesaat setelah aku lahir ke dunia ini.
Kado itu kubawa ke mana pun aku pergi……kujaga dengan hati-hati…
dan dengan segenap cinta…

Tahun demi tahun yang berlalu,
tidak membuatnya jadi kusam, ..ataupun lapuk.
Ia tahan segala cuaca, selalu awet,… bahkan semakin bersinar ……………
sampai-sampai cahaya sinarnya itu berpendar ke sekelilingnya.
Karena kado itu selalu bersamaku, …dan selalu menemani tiap langkahku………..
maka aku dapat melihat dan membukanya
kapan pun aku mau ……….atau perlu.

Saat hari ulang tahun ayahku ………….
adalah saat aku mengucapkan syukur tidak terhingga….
kepada Tuhan Maha kasih ….
yang telah memberikan kado istimewa itu kepadaku.
Begitu istimewanya, ………begitu berartinya bagi hidupku..…
Hingga rasanya seribu ucapan terima kasihku padaNya….
tak akan pernah cukup.

Saat hari ulang tahun ayahku tiba,
hari ini….dengan hati-hati…… kukeluarkan ia …………dari tempat penyimpananku.
Oh lihatlah….betapa indah cahayanya, sedikitpun ia tak menjadi usang
justru semakin indah, makin terang, …….hingga menyilaukanku.

Ingatanku melayang …
Berkilas pada perjalanan hidupku bersama kado itu….
Dulu saat aku lahir, kertas pembungkusnya masih polos,
dan isinya masih agak kosong……pitanya sederhana.
Saat itulah aku mengenal ….Ayahku.

Seiring waktu berjalan, kado itu mulai terisi………oleh mutiara.
Mutiara pengorbanan dan kasih sayang ayahku……..membesarkan diriku.
Ketika aku mulai dapat berbicara, membaca dan menulis
ayahku mulai mengajarkan…ilmu pengetahuan dan kebaikan hidup….
saat itulah…pita pembungkusnya berubah menjadi emas

Hari-hari selanjutnya…
yang kujalani bersama ayahku…membuat kado itu makin berisi.
Cinta kasih dan perhatian ayahku kepadaku……
mengisi kado itu dengan butiran-butiran permatanya yang pertama.
Cerita-cerita dan kelucuan ayahku…
membuat pembungkusnya memunculkan semburat warna-warni.

Masa-masa ayahku meluangkan setiap waktunya yang sibuk…
untuk bermain bersamaku…dan bercerita tentang masa kecilnya yang jenaka
menambah isi kado itu dengan permata lainnya…. dan mutiara berharga,….
sehingga akhirnya……..kado itu mulai mengeluarkan cahaya.

Cahaya kado itu semakin terang…..bersamaan dengan kerja keras ayahku
untuk berusaha mendapatkan karir yang terbaik bagi keluarga.
Bersamaan dengan kasih ayahku kepada ibuku…..
yang selalu diusahakannya tetap berkilau……hingga aku belajar untuk mencinta.
Bersamaan dengan semua keteladanan dan keteguhan prinsip ayahku
dalam pekerjaannya…. serta semua perhatian dan kepeduliannya kepada sesamanya….
Akhirnya nilai kado itu telah tak terkirakan lagi.

Akhirnya aku pun memasuki masa dewasa
Kado itu membuat aku dapat memasuki masa ini….
penuh dengan rasa aman dan bahagia…..yang kualami bersama dalam keluarga.
Rasa aman dan bahagia itu……………
memberiku segenap rasa percaya diri ……….
hingga aku jadi manusia dewasa seutuhnya.
Aku utuh dan sempurna…….bersama kado itu dalam pelukanku.

Aku ingat…saat kado itu benar-benar bersinar
warna-warninya sempurna….. pitanya berkilau
saat ayahku memberiku kebebasan
untuk memilih jurusan pendidikan yang kusukai….. sejak ku masih kecil…
dan membebaskanku ….memilih pasangan hidupku.
Ayahku membebaskanku….untuk memilih cara hidupku..
sambil terus mengawasi dan memberikan nasehatnya…..bila kupinta

Kado itu adalah perjalanan hidupku bersama ayahku.
Ia adalah bukti nyata dari kasih Tuhan kepadaku.
Kapanpun aku memerlukan kekuatan dan inspirasi,…….
atau penerang dalam kegelapan hidupku…..dan hiburan dalam dukaku…
aku akan mengambil dan membuka kado itu kembali…..dan aku…
akan menjadi kuat dan tegak lagi berdiri.
Ayahku, kadoku…. adalah harta milikku yang terindah……tak ada apapun juga……
dapat mengambilnya dari padaku.

Buat ayahku Michael Soenardi Djiwandono,
di hari ulang tahunnya yang ke 69.
Aku tak kan pernah menjadi seperti ini
bila bukan engkau yang menjadi ayahku.

Serpong, 27 Agusutus 2004

With love and pray, Uti

No comments:

Post a Comment