Monday, March 4, 2013

Rasa percaya VS keterbukaan suami isteri



Perlukah kita mengetahui setiap hal dari pasangan kita dan setiap kejadian yang dialami harus selalu diketahui bersama ?

Tentu secara umum, jawabnya adalah ya. Bahkan sebagian besar peristiwa hidup pasti mau tidak mau akan dialami dan diketahui bersama. Sebagai sepasang suami dan istri yang sudah berkomitmen untuk menjalani hidup bersama dan berbagi suka dan duka bersama, selayaknya semua peristiwa hidup dialami dan dihayati bersama. Walau demikian, tentu setiap orang punya hak untuk mempunyai rahasia, memiliki hobi pribadi (di mana pasangan kita mungkin tidak menyukai hal yang sama), mempunyai waktu menyendiri, atau sesekali merasa asyik dengan diri sendiri. Juga tidak semua sms, email, atau semisal pembicaraan pasangan di Facebook dengan teman-temannya harus senantiasa kita pantau dan dalam sepengetahuan bersama. Bila rasa saling percaya sudah kokoh di antara pasangan suami istri, hal-hal seperti itu tidak mutlak untuk dilakukan. Tentu sangat baik kalau bisa saling tahu, tetapi jika sedang tidak memungkinkan pun, hal itu bukan sesuatu yang harus membuat pasangan menjadi tertekan karena harus selalu saling mengetahui dan melapor. Sekali lagi kuncinya adalah, rasa saling percaya. Tetapi sebelum sampai ke sana, harus dijawab terlebih dahulu pertanyaan penting ini, “Dari mana dan bagaimana rasa saling percaya itu bisa tumbuh, menjadi kokoh, dan kemudian mampu menopang sendi-sendi relasi yang sehat di antara suami dan istri?” Dan inilah tantangan yang sebenarnya.

Rasa saling percaya itu dibangun dari komitmen yang terbukti dan nyata dalam menjalani hidup bersama sebagai suami istri. Misalnya selalu membiasakan untuk bersikap jujur dan terbuka dalam segala hal terutama dalam hal keuangan, pergaulan, usaha yang sedang ditekuni, acara-acara kantor dan keluarga, perasaan-perasaan hati, rencana-rencana ke depan, dan jadwal jadwal harian. Jika masing-masing dari kita harus mempunyai sebuah rahasia, rahasia semacam apa? Bila hal itu menyangkut kejujuran dalam hubungannya dengan kesetiaan, dengan keuangan, dengan kepentingan anak-anak, dengan keperluan keluarga besar, dengan usaha bersama, tentu tidak sepantasnya bila ada rahasia di antara suami istri. Komunikasi pribadi dengan teman yang berlawanan jenis pun sebaiknya saling diketahui oleh suami istri. Penghasilan suami dan istri selayaknya saling diketahui dan dikelola bersama. Kalau ada sesuatu yang penting atau berpengaruh bagi kehidupan berdua tetapi toh harus saling dirahasiakan, pasti ada sesuatu yang tidak pada tempatnya, dan sesuatu itu harus diluruskan terlebih dahulu. Misalnya masalah komunikasi, salah pengertian, kebiasaan yang berbeda, atau perselingkuhan, baik perselingkuhan secara hati/mental maupun secara fisik. Prinsipnya sederhana : segala sesuatu yang harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi (rahasia), mungkin sesungguhnya adalah sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan sama sekali. Hati kita sendiri bisa menilai apakah tindakan kita yang terpaksa harus sembunyi sembunyi itu untuk kebaikan atau justru mempunyai potensi merusak kebahagiaan bersama. Misalnya sembunyi-sembunyi merencanakan hadiah ulang tahun atau pesta kejutan untuk pasangan tentu malahan amat berharga. Tetapi sembunyi-sembunyi berkomunikasi lewat dunia maya dengan seorang kenalan baru yang berkonotasi perselingkuhan tentu tidak seharusnya. Demikian juga merahasiakan jumlah pendapatan dari sebuah pekerjaan yang sudah diketahui bersama.

Maka, sekalipun baik untuk dalam hal-hal tertentu membiarkan setiap individu memiliki kepentingan pribadi dan urusan dengan dirinya sendiri, (karena setiap orang membutuhkan ruang bagi dirinya sendiri), namun semakin banyak kita dapat berbagi dengan pasangan hidup kita, semakin baik. Sebuah contohnya, walau dalam menekuni hobi, kadang kita menjalaninya sendiri karena pasangan kita kebetulan tidak sehobi, sangat baik jika sesekali kita turut serta dalam berkegiatan menjalani hobi pasangan. Contohnya seorang istri sesekali ikut hadir dalam acara nonton bola bareng dengan suami dan kawan-kawannya, dan sebaliknya seorang suami sesekali hadir dalam pameran merangkai bunga yang diadakan klub merangkai bunga yang diikuti sang istri. Hal ini juga membuat suami dan istri dapat saling mengenal dengan baik kawan-kawan dari pasangan masing-masing. Dan demikianlah kehidupan saling berbagi dan bahagia menjalani hidup bersama, yang merupakan cita-cita sebuah pernikahan ideal, akan mungkin untuk dicapai.

28 November 2012, Triastuti

No comments:

Post a Comment