Thursday, August 20, 2009

Kontrak hidup



Hari-hari awal menginjakkan kaki pertama kali di Italia, saya selalu mengatakan kepada diri saya bahwa di tempat yang baru dan indah ini saya tidak akan tinggal selamanya. Kontrak suami saya dengan perusahaan tempatnya bekerja, yang membuat saya merantau ke negeri pizza ini, adalah untuk dua tahun. Menyadari keindahan dan kemajuan salah satu negara paling terkenal di Eropa karena kekayaan peninggalan budayanya ini, saya mengingatkan diri sendiri untuk tetap ingat akan jangka waktu saya dan berjanji kepada diri sendiri untuk tidak terlalu terbuai dalam kegembiraan sehingga menimbulkan keterikatan yang menyakitkan saat semua petualangan saya berakhir nanti.

Ketika kita lahir di dunia ini, sesungguhnya kita terikat dengan kontrak yang serupa. Kita tidak untuk selamanya berada di dunia ini. Kesempatan, kesehatan, masa muda, ingatan, kesuksesan pekerjaan, kecantikan, semuanya adalah hal-hal yang menyurut dengan berjalannya waktu. Semuanya dipercayakan kepada kita untuk digunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan diri spenuh-penuhnya dan menjadi mitra Allah untuk merawat dan mengembangkan manusia dan alam ciptaanNya. Menjadi kepanjangan tangan-tanganNya untuk membuat dunia dan kehidupan menjadi lebih baik dan indah dengan cinta dan karya kita, seturut kehendakNya.

Namun seindah dan sehebat apapun perjalanan hidup kita, semuanya akan menuju ke titik yang sama yaitu kematian. Selesainya kontrak dengan masa muda, jabatan dan karir, kesehatan, bahkan hidup itu sendiri tidak perlu berjalan dengan menyakitkan bila kita mengisi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya menurut tugas panggilan dari Allah Bapa sesuai teladan PuteraNya dan menyerahkan kembali dengan lepas bebas segala hal yang kita miliki sebagai hadiah – bukan hak milik yang harus dipertahankan kuat-kuat dan menganggapnya milik pribadi yang mutlak – sampai Yang Memberi memintanya kembali dari kita.

Karena hidup yang tidak akan berakhir itu bukan di dunia ini, maka segala energi, waktu, dan perhatian kita sudah selayaknya tidak hanya dikerahkan untuk menimba ilmu dan menumpuk kekayaan, tetapi juga terus menerus diarahkan kepada jalan menuju hidup yang kekal itu. Hidup bersama Tuhan di rumah Bapa, yang sudah disediakan oleh Yesus putra Allah Bapa bagi yang percaya kepadaNya dan mengikuti jalan-jalanNya. Itulah rumah kita yang sesungguhnya.

Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ (Lukas 14 : 2, 4)

Uti
San donato, 19 Agustus 09

No comments:

Post a Comment